Mantan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon menilai pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un tampaknya berhasil memperoleh status negara pemilik nuklir dengan melakukan konferensi tingkat tinggi (KTT) dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Dalam wawancara dengan majalah Time pada hari Rabu (17/06/20), Ban mengatakan bahwa Presiden Trump telah mampu memberikan kontribusi yang baik, namun sayangnya KTT dengan Kim Jong-un sebanyak tiga kali tersebut tampaknya terfokus pada "ego" dan "pretensi" Trump.
Ban juga mengatakan bahwa dirinya mengkhawatirkan peluncuran rudal yang terus dilakukan oleh Korea Utara dan menunjukkan bahwa AS telah mengubah sikapnya terhadap perbuatan Korea Utara yang dapat diakui.
Menurut Ban, ketika Korea Utara melakukan uji coba rudal jarak pendek, Trump tidak mempermasalahkan hal tersebut karena rudal itu tidak sanggup menjangkau wilayah AS. Namun, Ban menegaskan rudal Korea Utara bukan hanya masalah keamanan AS semata, melainkan masalah keamanan untuk seluruh umat manusia.
Ban menambahkan, ia menyaksikan absennya kepemimpinan AS sejak pemerintahan Trump dan AS mundur dalam hal menyelesaikan masalah global di saat kepemimpinan AS sangat diperlukan.
Mantan Sekjen PBB asal Korea Selatan itu menyayangkan kebijakan AS, "America First" yang mengisolasikan AS di panggung global. Menurutnya, nasionalisme dan proteksionisme tidak dapat menggantikan kolaborasi dan kemitraan.