Ketidakpastian yang relatif tidak sebesar pemerintahan Trump dan meningkatnya konsumsi Amerika Serikat (AS) pada masa pemerintahan Biden akan menjadi unsur positif bagi ekspor Korea Selatan. Sementara konflik antara AS dan China diprediksi akan berlanjut pada masa pemerintahan Biden.
Porsi ekspor Korea Selatan ke AS mencapai sekitar 15 persen dan prediksi bahwa stimulus pemerintahan Biden akan meningkatkan konsumsi AS menjadi kabar baik bagi perusahaan ekspor Korea Selatan.
Bidang ramah lingkungan yang diutamakan oleh pemerintahan Biden dapat menjadi kesempatan bagi perusahaan Korea Selatan yang hendak meningkatkan investasi pada bidang baterai mobil listrik dan energi terbarukan.
Akibat penurunan yang cukup besar dalam hal ketidakpastian dan konflik, maka ekspor dan produk domestik bruto Korea Selatan masing-masing diprediksi akan meningkat hingga 2,2 dan 0,4 persen poin.
Akan tetapi, prinsip pemerintahan Biden untuk "membuat dan menggunakan di dalam Amerika" adalah unsur yang harus diperhatikan.
Ketua Pusat Studi dan Kerja Sama Perdagangan di Asosiasi Perdagangan Internasional Korea (Korea Trade International Association, KITA), Je Hyun-jung menerangkan bahwa permintaan perusahaan AS untuk melindungi industri dalam negerinya telah meningkat sehingga tindakan perlindungan dan pengamanan akan dipertahankan pada administrasi Biden.
Salah satu variabelnya adalah pembatasan keras AS terhadap China yang merupakan negara ekspor terbesar bagi Korea Selatan.
AS membuat sistem perdagangan multilateral baru tanpa China dan kemungkinan besar akan meminta Korea Selatan untuk bergabung. Oleh sebab itu, Korea Selatan terpaksa harus berada di posisi yang sulit antara AS dan China.