Seorang pakar Ilmu Korea, lulusan S2 dan S3 Universitas Harvard membantah isi makalah profesor sekolah hukum Universitas Harvard, John Mark Ramseyer yang meremehkan wanita perbudakan syahwat di masa perang Jepang.
Profesor kehormatan Universitas Brigham Young, Mark Peterson dalam kolomnya untuk Koreannet pada hari Rabu (17/02/21) mengatakan sikap buruk Jepang yang membela perbuatannya pada Perang Dunia II dapat kembali terlihat pada tahun 2021.
Dalam kolom berjudul, "Wanita Perbudakan Syahwat, Jepang Kembali Rangsang Korea Selatan", Profesor Peterson mengkritik bahwa makalah Ramseyer tidak menyebut bagaimana para korban ditipu hingga menjadi wanita perbudakan syahwat dan temanya hanya dapat dipahami secara terbatas oleh para pengacara.
Ia menambahkan bahwa kisah korban perbudakan syawat pada Perang Dunia II muncul di berbagai belahan dunia. Korea lalu memperkenalkan sebuah kisah seorang ibu yang dikirim ke rumah pamannya di Harvin, China agar tidak dibawa prajurit Jepang.
Profesor Peterson juga menerangkan makalah Ramseyer hanya membahas masalah wanita penghibur secara sukarela yang diizinkan pemerintah dari segi hukum, tetapi masalah di luar hukum tidak dibahas.
Ia juga mengatakan bahwa makalah Ramseyer memiliki makna lain jika bertujuan untuk merusak kehidupan dan nama baik para korban wanita perbudakan syahwat yang sudah tua dan meninggal dunia, serta memperburuk rasa ketidakpercayaan dan kebencian antara kedua negara yang bertetangga.
Kemudian, dia menunjukkan bahwa Profesor Ramseyer memiliki jabatan resmi sebagai profesor hukum Mitsubishi, menghabiskan masa remajanya di Jepang, dan juga menerima lencana Ordo Matahari Terbit dari pemerintah Jepang dua tahun yang lalu.
Profesor Peterson menambahkan, Profesor Ramseyer bukanlah orang Jepang, tetapi sosok yang rajin mempromosikan Jepang.
Dia juga mengkritik pemerintah Jepang yang selalu menyangkal tentang masalah wanita perbudakan syahwat dan tidak ingin bersikap sebagai negara pelaku perang.
Profesor Peterson menerima gelar doktor ilmu Asia di Universitas Harvard pada tahun 1987 dan mengajar ilmu Korea di Universitas Brigham Young selama lebih dari 30 tahun.