Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Rabu (31/03) mengungkap bahwa Korea Utara terus melakukan serangan siber terhadap tempat penukaran uang virtual dan institusi-institusi keuangan, untuk mendanai program-program nuklir dan misil, yang melanggar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Menurut laporan panel ahli dari komite sanksi Korea Utara di Dewan Keamanan PBB, Korea Utara mencuri aset-aset virtual senilai lebih dari 316,4 juta dolar Amerika atau senilai 4,6 triliun rupiah, pada 2019 hingga November 2020.

Disebutkan bahwa para pelaku serangan siber yang terkait dengan Korea Utara terus melakukan serangan terhadap institusi-institusi keuangan dan tempat penukaran uang pada tahun 2020 demi menghasilkan pendapatan untuk mendukung program-program senjata pemusnah massal dan misil balistik.

Ditambahkan bahwa Korea Utara menggunakan tempat-tempat penukaran uang yang tidak terdaftar di China untuk pencucian uang hasil curian ke mata uang virtual yang lebih stabil, seperti Bitcoin dan Ethereum.

Panel tersebut juga mengatakan bahwa beberapa "aktivitas siber jahat" Korea Utara dipimpin oleh Biro Umum Pengintai, badan intelijen militer Korea Utara.