Lembaga pemeringkat kredit internasional, Standard & Poors (S&P), mengumumkan bahwa peringkat kredit nasional Korea Selatan dipertahankan di level 'AA' dengan proyeksi ekonomi stabil.

Dalam laporan yang dirilis pada hari Rabu (28/04), S&P menyatakan bahwa ekonomi Korea Selatan turun untuk pertama kalinya pada tahun lalu sejak tahun 1998, namun telah pulih kembali dan dikatakan bahwa dibanding negara-negara berpenghasilan tinggi, Korea Selatan mengalami kerugian COVID-19 lebih sedikit.

S&P memberikan penjelasan, prediksi ekonomi Korea Selatan stabil karena diperkirakan pertumbuhan ekonominya yang kuat dibandingkan sejumlah negara yang berpenghasilan tinggi dan hal itu membantu prosedur kesehatan keuangan negaranya.

Terkait keuangan Korea Selatan, S&P mengatakan keuangan pemerintah Korea Selatan akan mengalami defisit hingga tahun 2022, namun keuangan negara cukup kuat sehingga dapat mempertahankan peringkat kreditnya.

Namun, S&P menyebut biaya penyatuan kedua Korea akan menjadi unsur membahayakan bagi kesehatan keuangan negara dan utang badan usaha milik negara pun dapat membatasi keuangan negara.

Selain Korea Selatan, S&P memberikan peringkat kredit 'AA' kepada Prancis, Abu Dhabi, Inggris, Belgia, dan Taiwan.

Sedangkan 11 negara, termasuk Jerman dan Belanda, berada di peringkat kredit tertinggi 'AAA' dan lima negara, termasuk Amerika Serikat dan Finlandia, diperingkat kedua teratas, yaitu 'AA+'.

Korea Selatan mempertahankan peringkat kredit di urutan ketiga teratas, yakni 'AA', sejak 8 Agustus 2016. 

Kementerian Strategi dan Keuangan Korea Selatan menilai putusan S&P untuk mempertahankan peringkat kredit Korea Selatan tersebut kembali memastikan kepercayaan luar negeri terhadap ekonomi Korea Selatan.