Ketergantungan Korea Selatan untuk bahan baku dan komponen dari Jepang tercatat yang terendah, menjelang dua tahun diberlakukannya pembatasan ekspor Jepang terhadap Korea Selatan.
Hal itu ditafsirkan sebab pemerintah dan perusahaan-perusahaan Korea Selatan telah memperkuat daya saing dan menstabilkan rantai pasokan untuk bahan baku dan komponen, setelah adanya pembatasan ekspor oleh Jepang di bulan Juli 2019 lalu.
Menurut 'Jaringan Informasi Komprehensif Bahan Baku dan Komponen' dari Kementerian Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya Korea Selatan pada hari Kamis (03/06), total jumlah impor bahan baku dan komponen Korea Selatan mencapai 64,795 miliar dolar AS dalam periode bulan Januari hingga April tahun ini, dan impor dari Jepang hanya sebanyak 15 persen dari total jumlah impor, atau sebesar 9,696 miliar dolar.
Angka tersebut lebih rendah 1,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan terendah sejak data statistik serupa mulai dikumpulkan.
Impor bahan baku dan komponen dari Jepang sempat mencapai 28 persen pada tahun 2003, kemudian menurun ke 18,2 persen pada tahun 2014.
Sedangkan total impor dari Taiwan meningkat ke angka 9,3 persen dari 8,3 persen tahun lalu, sementara impor dari China meningkat menjadi 30,1 persen dari 29,1 persen.
Setelah Jepang memberlakukan pembatasan ekspor, Korea Selatan mengeluarkan kebijakan untuk memperkuat daya saing bahan baku, komponen, dan peralatan, kemudian mengupayakan teknologi, investasi, dan rantai pasokannya.
Selajan dengan upaya itu, beberapa perusahaan Korea Selatan berhasil membuat peralatan semikonduktor dan mendiversifikasi rantai pasokan bahan baku.
Akan tetapi, dalam perdagangan bahan baku dan komponen dengan Jepang, defisit perdagangan Korea Selatan menjadi lebih besar.
Korea Selatan mencatatkan defisit perdagangan bahan baku dan komponen dengan Jepang senilai 5,396 miliar dolar AS dalam periode bulan Januari hingga April tahun ini, naik 709 juta dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Korea Selatan melakukan ekspor ke Jepang senilai 4,3 miliar dolar AS, meningkat 6,2 persen dibandingkan tahun lalu, namun jumlah impor dari Jepang dua kali lipat lebih banyak dari jumlah ekspor tersebut.