Aksi unjuk rasa untuk mendesak penuntasan masalah perbudakan syahwat oleh militer Jepang di masa perang tetap digelar pada hari Rabu (14/07), dengan demonstrasi yang dilakukan oleh satu orang, sesuai dengan aturan jaga jarak sosial Level Empat di wilayah ibu kota Seoul.
Ini menandai hari Rabu ke 1.500 aksi unjuk rasa tersebut telah dilakukan.
Solidaritas Keadilan dan Peringatan untuk Masalah Perbudakan Syahwat Militer Jepang merilis sebuah pernyataan yang menyerukan agar pemerintah Jepang mengakui kejahatan perang yang dilakukan dan secara resmi meminta maaf kepada para korban.
Kelompok tersebut juga menyampaikan rasa terima kasih dan hormat atas keberanian para korban yang telah mengatasi kesengsaraan dan kesedihan dalam waktu yang panjang.
Ditambahkannya, namun demikian pemerintah Jepang tetap mengabaikan 1.500 seruan yang telah dilakukan dan tetap bungkam dari tanggung jawabnya terhadap tindakan ilegal dan kejahatan perang yang dilakukannya.
Pihaknya juga meminta kepada pemerintah Jepang untuk memberikan permintaan maaf secara resmi kepada para korban dan mengakui kejahatan perang yang dilakukan di masa lalu, serta menyelidiki kebenaran terkait perbudakan syahwat di masa penjajahan Jepang.