Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menekankan bahwa kasus Korea Selatan berbeda dengan Afganistan.
Setelah mengemukanya masalah kepercayaan terhadap AS dari sekutunya, Biden secara terbuka memadamkan kekhawatiran para negara sekutunya.
Dalam wawancara dengan ABC pada Kamis (19/08) waktu setempat, Biden mengutarakan bahwa Korea Selatan dan Taiwan yang terikat dalam perjanjian bersama AS tidak sedang mengalami perang sipil dan merupakan negara yang memiliki pemerintahan yang mapan, dan bahwa perjanjian persekutuan itu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di negara-negara itu.
Dilanjutkannya, berdasarkan pasal 5 dalam perjanjian tersebut, AS akan melakukan kewajibannya jika negara sekutunya diserang, dan hal itu berlaku bagi Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.
Pernyataan Biden itu dibuat setelah adanya kritikan dari dalam maupun luar negeri AS yang mengatakan bahwa AS mengkhianati kepercayaan sekutunya. Pernyataan Biden tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa AS akan menghadapi serangan yang terjadi di negara sekutunya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengingatkan bahwa Korea Selatan dan Jepang adalah negara pertama yang dikunjungi Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan bahwa hubungan dengan sekutunya merupakan sumber kekuatan AS.
Price menambahkan bahwa Pemerintahan Biden menghargai persekutuan dan kemitraan AS dengan negara-negara lain.