Serikat tenaga kesehatan dan medis dan pemerintah Korea Selatan telah mencapai kesepakatan pada hari terakhir negosiasi, lima jam sebelum aksi mogok kerja dimulai pada hari Kamis (2/9) pukul 07.00 waktu Korea.
Kedua pihak telah melakukan 13 kali negosiasi selama tiga bulan terakhir sejak akhir bulan Mei lalu.
Pihak serikat pekerja menerima draf akhir dari pihak pemerintah berdasarkan persetujuan dari 83 persen anggotanya dalam rapat delegasi sementara tersebut.
Ketua serikat tenaga kesehatan dan medis, Na Soon-ja, mengatakan bahwa dirinya berpendapat negosiasi dengan pemerintah belum berakhir tapi dimulai mulai hari ini karena yang paling penting adalah mewujudkan kesepakatan itu.
Lima hal inti yang menyulitkan dalam pencapaian kesepakatan antara serikat pekerja dan pemerintah itu adalah mengenai penyediaan kriteria tenaga kerja rumah sakit khusus COVID-19, rincian rencana perluasan perawatan kesehatan publik, pengesahan mengenai jumlah pasien yang dirawat oleh satu orang perawat, penambahan jumlah perawat khusus untuk pendidikan, dan kenaikan upah perawat untuk kerja di malam hari.
Karena banyak hal tidak dapat hanya diselesaikan oleh pihak serikat pekerja dan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan saja, maka tidak mudah mencapai kesepakatan.
Namun, kementerian menjanjikan pihaknya akan membahas hal-hal itu dengan kementerian terkait dan memberikan pemahaman kepada parlemen untuk menyediakan anggaran yang dibutuhkan.
Selain itu, kunjungan Perdana Menteri Kim Boo-kyum ke tempat negosiasi mempengaruhi pencapaian kesepakatan secara positif karena dinilai menunjukkan tekad pemerintah untuk memecahkan masalah.
Dengan demikian, kekosongan petugas di rumah sakit tempat pasien COVID-19 dirawat dan keterlambatan tes COVID-19 pun dapat dihindari.