Akibat kekhawatiran terhadap inflasi, ketidakpastian terkait batasan utang Amerika Serikat, kebangkrutan perusahaan properti China, Evergrande, dan lainnya, Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) mengalami penurunan hingga ke level di bawah 3.000 untuk pertama kali dalam enam bulan terakhir.
KOSPI hari Selasa (05/10) dibuka di level 2.998,17 poin, turun 21,01 poin atau 0,7 persen dibandingkan sehari sebelumnya.
KOSPI sempat turun ke level 2.940, namun akhirnya ditutup di level 2.962,17, dengan penurunan 57,01 poin atau 1,89 persen.
Penurunan ke level di bawah 3.000 ini merupakan yang pertama kali dalam enam bulan sejak bulan Maret lalu.
Sementara itu, KOSDAQ ditutup di level 955,37 poin dengan penurunan tajam sebesar 27,83 poin atau 2,83 persen. Indeks KOSDAQ tersebut yang terendah dalam empat bulan terakhir.
Penurunan saham Korea Selatan dipengaruhi penurunan bursa New York pada malam hari Senin (04/10) kemarin akibat kenaikan harga minyak global.
Harga minyak global pada hari Senin (04/10), menurut WTI, mencapai titik tertinggi dalam 7 tahun sejak bulan November tahun 2014 lalu.
Selain itu, kebijakan perdagangan AS terhadap China yang diumumkan juga berpengaruh buruk pada sentimen investasi karena terdapat kemungkinan memuncaknya konflik antara AS dan China.
Sementara itu, nilai tukar mata uang won terhadap dolar Amerika ditutup di level 1.188,7 won.