Badan Intelijen Nasional (BIN) Korea Selatan melaporkan kepada Majelis Nasional pada Kamis (28/10) bahwa kesulitan ekonomi Korea Utara semakin parah karena sanksi terhadap Korea Utara, ditambah pandemi COVID-19 serta kerugian akibat banjir.
Terkait kesulitan pangan, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dilaporkan mengatakan bahwa kondisi tersebut seperti berjalan di atas es yang tipis, dan menginstruksikan siapa pun yang dapat memakan nasi harus memberikan bantuan untuk desa.
Penutupan perbatasan yang telah lama berlangsung menyebabkan kelangkaan barang di Korea Utara. Diketahui bahwa Korea Utara mengalami kekurangan kertas dan tinta untuk mencetak uang, sehingga pihaknya kini mencetak 'tanda uang' pada kertas buatan lokal.
BIN juga melaporkan tentang pengoperasian kembali fasilitas nuklir Yongbyon. Menurutnya, pengoperasian fasilitas nuklir yang sempat dihentikan pada akhir tahun 2018, kembali dioperasikan mulai Februari hingga Juli tahun ini.
Selain itu, dilaporkan juga perihal kekuasaan Kim Jong-un yang telah berlangsung selama 10 tahun.
Dikatakan bahwa telah muncul istilah ' ideologi Kim Jong-un' yang dibedakan dari ideologi Kim Il-sung dan Kim Jong-il, dan penciptaan citra ramah dengan memamerkan foto-foto Kim Jong-un meminum bir bersama pejabat-pejabat tinggi.
BIN menganalisis bahwa Kim Yo-jong, yang telah diangkat menjadi salah satu pejabat di badan pemerintahan tertinggi negara itu, menangani seluruh urusan diplomatik dan keamanan.