Sebuah pameran mengenai wanita perbudakan syahwat di masa penjajahan Jepang digelar di Museum Heeum di Daegu mulai hari Rabu (10/11).
Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea Selatan menilai pameran tersebut bermakna serta menampilkan hidup dan kesaksian para korban perbudakan syahwat melalui penghubungan waktu dan ruang.
Pameran itu terdiri dari tiga ruangan dengan tema berbeda, yaitu masa lampau, masa kini, serta masa depan, dan memamerkan sejumlah data sejarah, foto, dan kesaksian korban yang ditampilkan dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
Kesaksian korban disampaikan melalui foto dan video. Selain itu, kesaksian korban yang belum pernah diumumkan sebelumnya pun dipertunjukkan, seperti surat kabar yang memuat hasil wawancara dengan salah seorang korban perbudakan syahwat Moon Ok-ju.
Hal yang istimewa dari pameran itu adalah penerapan teknologi kecerdasan buatan. Melalui teknologi canggih itu, tempat dan barang yang berkaitan dengan korban perbudakan syahwat diperkenalkan.
Terlebih lagi, tersedia konten yang memungkinkan pengunjung pameran untuk dapat berbicara dengan nenek korban perbudakan syahwat yang masih hidup.
Menteri Kesetaraan Gender dan Keluarga Chung Young-ae menuturkan bahwa pameran kali ini bermakna serta menyediakan peluang untuk merasakan dan mengingat penderitaan para korban perbudakan syahwat di masa penjajahan Jepang.
Pameran yang akan berlangsung hingga akhir Desember ini juga akan digelar secara daring dengan layanan bahasa Korea, Inggris, dan Jepang mulai 20 November.