Sekitar 200 negara peserta konferensi iklim PBB COP26 akhirnya mencapai kesepakatan untuk secara bertahap mengurangi penggunaan PLTU batu bara dan memperluas kontribusi pendanaan oleh negara-negara maju untuk membantu krisis iklim hingga 2025. 

Negara-negara tersebut kembali meninjau sasaran pemangkasan emsi gas rumah kaca pada tahun depan untuk membatasi pemanasan global dengan menjaga suhu bumi yang meningkat tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius dalam upaya untuk menyelamatkan dunia dari bencana perubahan iklim.

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2021, COP26, mengadopsi perjanjian itu pada hari Sabtu (13/11) waktu setempat, setelah negosiasi yang berlangsung selama dua minggu di Glasgow, Skotlandia, Inggris.

Konferensi, yang diperpanjang satu hari tersebut, adalah pertemuan iklim ke-26 yang pertama menyebut perihal "batu bara" dan "bahan bakar fosil" dalam rincian COP.  

Pakta iklim Glasgow menyerukan negara-negara agar mempercepat upaya untuk secara bertahap mengurangi penggunaan batu bara dan subsidi bahan bakar fosil. 

Namun, India dan China yang sangat bergantung pada batu bara, mengajukan keberatan atas sebagian dari perjanjian tersebut, terlebih India yang meminta penggantian kata 'penghentian' penggunaan batu bara secara bertahap menjadi 'pengurangan'.

Sementara itu, negara-negara tersebut sepakat untuk meminta pemerintah agar tahun depan melaporkan rencana yang lebih kuat untuk menekan emisi gas rumah kaca dan mendesak negara-negara maju untuk setidaknya menggandakan pendanaan pada tahun 2025 untuk melindungi negara-negara yang paling rentan dari bahaya bumi yang semakin menghangat.

Korea Selatan bersama sekitar 40 negara telah ikut menandatangani komitmen untuk mengurangi PLTU batu bara secara bertahap hingga 2030.