Pemerintah Prancis diketahui mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan pameran dokumen bersejarah, Jikji Simche Yojeol (Jikji), di Korea Selatan jika tidak terdapat kekhawatiran akan penyitaan.
Menteri Kebudayaan Olahraga dan Pariwisata Hwang Hee yang sedang berkunjung ke Paris dalam pertemuan dengan para wartawan pada Rabu (17/11) waktu setempat menyampaikan dirinya bersama Menteri Kebudayaan Prancis Roselyne Bachelot telah membicarakan hal tersebut.
Hwang dan Bachelot diketahui membicarakan mengenai pameran Jikji di Seoul dalam rangka kerja sama di bidang kebudayaan.
Namun, Bachelot mengkhawatirkan Jikji akan disita di Korea Selatan, sementara Hwang menanggapi dengan mengatakan bahwa pemerintah menjamin hal tersebut tidak akan terjadi.
Kemudian, Bachelot menganjurkan agar Korea Selatan meminta kerja sama dengan Perpustakaan Nasional Prancis yang menyimpan dokumen bersejarah tersebut.
Sebelumnya, pemerintah Kota Cheongju telah berkali-kali meminta Perpustakaan Nasional Prancis untuk meminjamkan Jikji tapi permintaan tersebut ditolak karena tidak terdapat pasal hukum mengenai pembebasan dari penyitaan dalam undang-undang Korea Selatan.
Jikji yang dicetak di zaman Dinasti Goryeo pada tahun 1377 merupakan cetakan tertua dan didaftarkan di UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2001.
Karena Jikji bukan aset budaya yang dicuri atau hilang, maka Korea Selatan tidak dapat meminta pengembaliannya.
Jikji diketahui dibeli oleh seorang kolektor barang kuno asal Prancis dalam pelelangan di Paris pada tahun 1911 dengan harga 180 franc, kemudian memberikannya ke pihak Perpustakaan Nasional Prancis pada tahun 1952.