Wakil Perdana Menteri Korea Selatan Hong Nam-ki mengatakan bahwa elemen krisis struktural yang dihadapi ekonomi Korea Selatan adalah pertumbuhan rendah, krisis populasi, krisis iklim, dan polarisasi.
Pernyataan Hong itu disamapaikan dalam sebuah konferensi strategi masa depan ke-3 yang diselenggarakan bersama oleh Kementerian Strategi dan Keuangan dan Institut Masa Depan Majelis Nasional pada Jumat (10/12).
Konferensi yang digelar secara virtual itu diadakan untuk berbagi kesadaran dan visi akan masa depan dengan mengusung tema 'Masa pergolakan, masa depan Korea Selatan'.
Hong menuturkan bahwa COVID-19 memukul mata rantai yang palig lemah dalam perekonomian dan masyarakat Korea Selatan secara intensif hingga menimbulkan masalah struktural.
Dilanjutkannya, risiko tren pertumbuhan rendah meningkat, potensi tingkat pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang berada di kisaran 5 persen pada awal tahun 2000-an kini turun menjadi sekitar 2 persen.
Menurutnya, penuaan populasi Korea Selatan adalah yang paling cepat dan tingkat kelahirannya paling rendah di dunia, sehingga disebut-sebut adanya kemungkinan krisis eksistensi bangsa.
Oleh karena itu, Hong mengatakan bahwa Korea Selatan memperhatikan empat kata kunci, yaitu reformasi, manusia, toleransi, dan keberlanjutan untuk menuju negara maju yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi dan kebahagiaan rakyat secara bersamaan.