Greenpeace, salah satu organisasi lingkungan internasional, menyatakan bahwa rencana Jepang untuk membuang air yang terkontaminasi zat radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima dilakukan dengan tidak mempertimbangkan kerugian yang dialami oleh negara-negara tetanggnya.

Menurut hasil analisis Greenpeace terkait 'laporan evaluasi tentang dampak pembuangan air yang terkontaminasi dari PLTN Fukushima' yang diumumkan oleh Tokyo Electric Power baru-baru ini, Greenpeace mengatakan bahwa Jepang hanya meminjam sebagian dari pedoman Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan menetapkan bahwa dampak radiasi sangat lokal dan sempit.

Lembaga swadaya masyarakat itu menunjukkan bahwa Jepang tidak mempertimbangkan kerugian bagi warga di negara-negara sekitarnya akibat air terkontaminasi dari PLTN Fukushima tersebut.

Menurut pakar nuklir senior Greenpeace, Sean Barney, tanpa bukti ilmiah yang cukup, Tokyo Electric Power menetapkan bahwa tidak ada kerusakan di wilayah laut dan ekosistem dalam rentang 10 kilometer persegi, serta pihaknya tidak memenuhi aturan IAEA.

Greenpeace telah menyerahkan pernyataan mengenai pendapatnya tersebut kepada pihak Tokyo Electric Power pada Kamis (16/12).

Lembaga lingkungan global itu kembali menegaskan bahwa masyarakat internasional harus menuntut verifikasi apakah pembuangan air terkontaminasi oleh Tokyo Electric Power ke laut itu benar tidak dapat dihindari secara ilmiah dan teknologi.

Sementara pihak Tokyo Electric Power telah mengumumkan laporan yang menyatakan bahwa dampak pembuangan air terkontaminasi itu sangat sedikit bagi lingkungan laut dan akan mendengarkan pendapat dari pihak luar hingga 18 Desember mendatang.