Korea Selatan kembali mencatatkan rekor tertinggi jumlah kasus harian COVID-19 yang baru terkonfirmasi, dengan laporan melebihi 90.000 kasus untuk pertama kalinya, di tengah pelonggaran aturan jaga jarak sosial yang telah diumumkan oleh pemerintah.
Otoritas kesehatan Korea Selatan melaporkan bahwa hingga Rabu (16/02) dini hari, tercatat penambahan kasus COVID-19 di Korea Selatan sebanyak 90.443 kasus, termasuk di antaranya 90.281 kasus penularan lokal dan 162 kasus yang berasal dari luar negeri.
Jumlah kasus COVID-19 di Korea Selatan sempat berada di kisaran 50.000 kasus selama enam hari berturut-turut hingga Selasa (15/02) kemarin.
Namun jumlahnya meningkat hampir dua kali lipat dalam 24 jam dan bahkan membuat rekor tertinggi sejak pandemi mulai merebak di Korea Selatan.
Meski demikian, penambahan jumlah pasien COVID-19 dengan gejala berat dan kritis dilaporkan sebanyak 312 orang, berkurang satu orang dari sehari sebelumnya.
Sedangkan jumlah orang yang meninggal dunia akibat virus corona meningkat 39 orang, menjadikan total jumlah kasus kematian mencapai 7.202 jiwa, sementara tingkat fatalitas kasus tercatat turun menjadi 0,46 persen.
Sebanyak 26.600 pasien yang tertular COVID-19 di Korea Selatan kini sedang menjalani perawatan secara mandiri di rumah.
Kendati jumlah kasus COVID-19 terus melonjak, namun pemerintah Korea Selatan tidak merubah rencananya untuk melonggarkan protokol kesehatan pada hari Jumat (18/02) mendatang.
Demikian Perdana Menteri Korea Selatan Kim Boo-kyum menyampaikan hal tersebut dalam sebuah rapat penanganan pandemi pada hari Rabu (16/02). Kim mengatakan bahwa pemerintah akan memutuskan revisi aturan jaga jarak sosial dengan mempertimbangkan kerugian ekonomi masyarakat yang dipicu oleh protokol kesehatan yang berkelanjutan serta lajunya penularan varian Omicron.
Dia melanjutkan bahwa keputusan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi dampak dari penyebaran varian Omicron agar dapat meminimalkan kerugian di bidang ekonomi dan sosial.
Terkait pasokan alat tes COVID-19 mandiri, PM Kim mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu membeli dan menyimpan alat tes tersebut dalam jumlah banyak. Diungkapkannya bahwa pemerintah telah mengamankan persediaan alat tes COVID-19 mandiri dalam jumlah yang memadai.