Pemerintah Korea Selatan akan membentuk sebuah satuan tugas dengan nama sementara 'Rusia Desk' untuk menangani kondisi terkait konflik Rusia dan Ukraina.
Kementerian Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya pada Kamis (17/02) menyatakan pihaknya akan mengambil langkah penanggulangan tersebut untuk meminimalkan kerugian di bidang ekonomi riil, seperti ekspor, investasi, pasokan energi, dan rantai pasokan, karena kondisi saat ini dinilai masih mengkhawatirkan meskipun dilaporkan ketegangan telah mulai mereda.
Rusia Desk akan bertugas memberikan saran dan konsultasi bisnis terkait barang-barang yang kemungkinan akan dibatasi oleh Amerika Serikat (AS).
Sejak tahun 2014, AS menjatuhkan sanksi seperti larangan ekspor atas proyek laut dalam, kutub, dan batu serpih serta larangan ekspor-impor di Semenanjung Krimea.
Jika Rusia menyerang Ukraina, maka dikatakan bahwa AS akan mempekuat sanksi terhadap Rusia.
Sementara itu, Badan Promosi Perdagangan dan Investasi Korea (KOTRA) juga menyediakan ruang konsultasi di laman situs webnya bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan usaha ekspor dan impor dengan Rusia dan Ukraina.
Menurut kementerian, dengan bantuan kantor cabang KOTRA, sejumlah pegawai perusahaan Korea di Ukraina telah pindah ke negara-negara di sekitarnya.
Sementara itu, Pusat Analisis Rantai Pasokan Global, yang diluncurkan baru-baru ini, akan menyediakan informasi tentang harga dan tren pemasokan barang yang sulit dipasok jika kondisi Ukraina memburuk.
Saat ini, porsi ekspor ke Rusia dan Ukraina dari total ekspor Korea Selatan hanya masing-masing mencakup 1,5 dan 0,1 persen, dan belum terlihat dampak besar pada ekonomi riil Korea Selatan.