Korea Selatan bergabung dengan sekitar 40 negara lain menyatakan keprihatinan atas serangkaian provokasi rudal Korea Utara baru-baru ini, saat Korea Utara memulai masa kepresidenannya di Konferensi Perlucutan Senjata di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada minggu ini.
Negara-negara tersebut mengeluarkan pernyataan bersama untuk mengungkapkan keprihatinan mereka pada hari Kamis (02/06) saat Duta Besar Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Han Tae-song, membuka sesi pertemuan.
Dalam pernyataan yang dibacakan oleh Duta Besar Australia Amanda Gorely, sejumlah 48 negara bersama Uni Eropa menyatakan keprihatinan serius tentang senjata nuklir dan kemampuan serta aktivitas rudal balistik Korea Utara.
Negara-negara itu mengatakan pihaknya telah memutuskan untuk tidak memboikot kepresidenan Korea Utara, tetapi tetap "sangat prihatin" mengenai "tindakan sembrono Korea Utara yang terus secara serius merusak nilai-nilai" lembaga tersebut.
Pernyataan itu menyebut peluncuran rudal Korut baru-baru ini jelas merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan ancaman bagi perdamaian dan keamanan masyarakat internasional.
Duta Besar Han menolak kritik yang disebutnya tidak adil tersebut, dan bersikeras bahwa negaranya secara teknis masih berperang dengan Amerika Serikat dan akan terus meningkatkan kemampuan pertahanannya selama AS melanjutkan kebijakan bermusuhannya terhadap Korea Utara.