Serikat Pengemudi Truk Angkut dan pemerintah Korea Selatan melakukan negosiasi kedua di hari Jumat (10/06), setelah pertemuan pertama pada tanggal 2 Juni lalu.
Serikat tersebut mendesak pemerintah untuk tetap menerapkan “Sistem Tarif Pengangkutan Truk yang Aman” yang merupakan tuntutan utama dalam aksi mogok kerja kali ini.
Akibat aksi mogok kerja hari keempat, proses pengangkutan barang industri mengalami gangguan.
Asosiasi Pengusaha Semen Korea menyatakan pihaknya telah mengalami kerugian penjualan lebih dari 45 miliar won selama tiga hari sejak mogok kerja dimulai.
Sementara itu, perusahaan konstruksi yang mengalami kekurangan bahan material beton memutuskan untuk lebih dulu melakukan pekerjaan lain.
Pabrik Hyundai Motor Group di Ulsan juga terpaksa menghentikan kegiatan dan operasi di lini produksi akibat ditolaknya pengangkutan suku cadang oleh Serikat Pengemudi Truk Angkut.
Sejumlah 16 tempat pengisian bahan bakar hidrogen pun berhenti beroperasi akibat kekurangan pasokan karena tidak adanya kendaraan pengangkut hidrogen.
Selain itu, 4 unit bus berbahan bakar hidrogen di Seoul pun terpaksa berhenti beroperasi.
Presiden Yoon Suk Yeol pada hari Jumat (10/06) menyerukan agar pihak perusahaan dan buruh memecahkan masalah tanpa intervensi pemerintah.
Para pengemudi truk menuntut diteruskannya penerapan “Sistem Tarif Pengangkutan Truk yang Aman” yang dijadwalkan akan berakhir pada akhri tahun ini.
Namun, partai berkuasa dan oposisi, yang belum melakukan proses legislasi terkait, menyerahkan tanggung jawab itu kepada masing-masing pihak.