Pengemudi truk angkut yang tergabung dalam serikat pekerja telah mengakhiri mogok kerja setelah mencapai kesepakatan dengan pemerintah.

Menurut Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan bersama Solidaritas Pengemudi Truk Angkut, kedua pihak mencapai kesepakatan pada hari Selasa (14/06) untuk memperpanjang Sistem Tarif Pengangkutan Truk yang Aman.

Kedua pihak juga menyepakati kelanjutan dan perluasan sistem penyediaan subsidi bahan bakar dengan mempertimbangkan kenaikan harga minyak dan bahan bakar lainnya akhir-akhir ini, serta penyesuaian biaya pengiriman yang “wajar”. Berdasarkan kesepakatan itu, para peserta mogok kerja akan kembali bekerja pada hari Rabu (15/06) ini.

Sistem Tarif Pengangkutan Truk yang Aman, yang perpanjangannya merupakan salah satu tuntutan utama dari serikat pekerja, sebelumnya diterapkan untuk mencegah kerja berlebihan, kelebihan muatan, dan kecepatan berlebih dengan menjamin upah yang layak bagi pengemudi truk angkut. Diperkenalkan pada awal tahun 2020, sistem tersebut dijadwalkan akan berakhir pada akhir tahun ini.

Kementerian mengatakan bahwa dengan perjanjian tersebut, sistem itu akan tetap diberlakukan tahun depan atau lebih lama, seiring diskusi tentang langkah-langkah tindak lanjut yang akan diambil.

Serikat pengemudi truk mengatakan kesepakatan juga dibuat untuk melanjutkan diskusi mengenai kemungkinan perluasan ruang lingkup sistem, yang saat ini diterapkan untuk kontainer dan semen.

Menurut Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi, mogok kerja yang dilakukan oleh 22 ribu anggota serikat pekerja tersebut telah menyebabkan kerugian lebih dari 1,5 triliun won bagi industri besar, seperti pembuatan mobil, baja, petrokimia dan semen, sejak dimulai pada Selasa (07/06) minggu lalu.