Pemerintah Korea Selatan memprihatinkan kondisi stagnasi ekonomi akibat perang di Ukraina yang berkelanjutan, kebijakan monter negara-negara maju, dan melesunya ekspor. 

Kementerian Strategi dan Keuangan menyatakan dalam jurnal tren ekonomi edisi bulan Juni yang diterbitkan pada hari Jumat (17/06) bahwa kondisi perekrutan tenaga kerja dan permintaan domestik semakin pulih, namun harga konsumen terus meningkat akibat situasi eksternal serta investasi ataupun pemulihan ekspor yang melambat. Akhirnya, kondisi ekonomi Korea Selatan diperkirakan stagnan. 

Ekspor Korea Selatan pada bulan Mei mengalami kenaikan 21,3 persen pada bulan lalu, namun ekspor rata-rata per hari hanya meningkat 10,7 persen, sehingga peningkatannya menghadapi stagnasi.

Ekspor infrastruktur mengalami penurunan 7,5 persen dibandingkan bulan April, mengalami penurunan selama 3 bulan berturut-turut. 

Siklus fluktuasi dari Indeks Koinsiden Ekonomi, yang menunjukkan kondisi saat ini, turun 0,3 persen, dan nilai siklus indeks utama, yang menunjukkan ekonomi ke depannya, juga turun selama 10 bulan berturut-turut.

Selain itu, tekanan inflasi global semakin membesar. Suku bunga acuan di Amerika Serikat mengalami kenaikan signifikan dan rantai pasokan global mengalami gangguan, sehingga volatilitas pasar keuangan membesar, dan hal itu berpengaruh negatif pada kondisi ekonomi global di semester kedua. 

Karenanya, Organisasi Kerjasama Ekonomi Dan Pembangunan (OECD) dan Dana Moneter Internasional (IMF), menurunkan perkiraan rasio pertumbuhan ekonomi global. 

Kementerian Strategi dan Keuangan Korea Selatan menyatakan bahwa pihaknya berkonsentrasi untuk menstabilkan kehidupan sehari-hari masyarakat, kondisi harga konsumen, dan lainnya, sembari menjalankan tugas prioritas kebijakan ekonomi pemerintah Korea Selatan yang baru.