Hasil sebuah survei perdagangan terbaru menunjukkan bahwa sekitar 90 persen dari perusahaan Korea Selatan yang berbisnis di China telah mengalami kerugian akibat kebijakan “lockdown” di kota-kota utama China.
Menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh kantor cabang Asosiasi Perdagangan Internasional Korea terhadap 177 perusahaan Korea Selatan yang aktif di China, sebanyak 88,1 persen responden menjawab mereka telah terkena dampak negatif atau menderita kerugian dalam hal manajemen perusahaan, karena China menerapkan kebijakan “lockdown” tersebut.
Adapun 97,4 persen perusahaan mengatakan telah mengalami penurunan omzet penjualan pada paruh pertama tahun. Sekitar 31,4 persen perusahaan bahkan menderita penurunan penjualan lebih dari 50 persen dibandingkan periode yang sama setahun lalu.
Sebanyak 95,4 persen perusahaan responden memperkirakan bahwa turunnya penjualan mereka akan terus berlanjut hingga paruh kedua tahun ini.
Kesulitan-kesulitan utama akibat protokol kesehatan yang sangat ketat itu, antara lain pembatasan pergerakan, pembatasan kegiatan pemasaran dan gangguan rantai pasokan.
Sementara itu, 55,3 persen perusahaan Korea Selatan yang menyampaikan suaranya juga tengah mempertimbangkan untuk memperkecil skala proyek di China, termasuk menangguhkan, menarik dan merelokasi bisnis mereka.