Pemerintah Korea Selatan akan melacak dan meninjau sebanyak 10.000 orang dalam kurun waktu tiga tahun untuk mengonfirmasi realitas kondisi di mana penyintas COVID-19 masih merasakan gejala sakit dalam waktu yang lama setelah sembuh, atau disebut sebagai "Long COVID".
Menurut Institut Kesehatan Nasional Korea pada hari Minggu (03/07), pihaknya akan mengumpulkan lembaga-lembaga riset hingga 11 Juli dan akan memulai prosedur riset pada akhir bulan Agustus mendatang.
Investigasi dan penelitian dibagi menjadi tiga bidang, yaitu penelitian pola dan pedoman gejala sisa COVID-19 berbasis klinis, penelitian gejala sisa atau efek samping berbasis data besar, dan penelitian mediasi gejala sisa COVID-19.
Selama tiga tahun periode peninjauan dan penelitian, pemerintah akan menganalisis perkembangan efek samping virus COVID-19, mengevaluasi faktor risiko seperti penyakit bawaan yang mempengaruhi terjadinya efek samping, serta menyiapkan pedoman penanganan gejala sisa dan menggunakannya untuk penanganan penyakit menular di masa mendatang.
Secara umum, terdapat lebih dari 200 gejala seperti sakit kepala, rasa lelah, mudah lupa, kesulitan pernafasan, rambut rontok, nyeri otot dan gejala lainnya telah dilaporkan sebagai gejala Long COVID.