Di antara kasus-kasus COVID-19 yang dikonfirmasi hingga saat ini, ditemukan subvarian Omicron BA.2.75, subvarian yang memiliki daya penyebaran terkuat.
BA.2.75 memiliki daya penyebaran paling kuat, sehingga orang yang telah memiliki kekebalan COVID-19 pun dapat kembali tertular.
Kasus positif BA.2.75 tersebut dikonfirmasi pada seorang pria berusia 60-an tahun yang tinggal di Incheon. Dia dilaporkan mengalami gejala abnormal pada tanggal 8 Juli, lalu dikonfirmasi positif pada tanggal 11 Juli.
Walaupun tertular subvarian BA.2.75, namun saat ini gejalanya tidak serius, sehinga dia dilaporkan sedang menjalani perawatan di rumah.
Diketahui bahwa pria tersebut tidak pernah mengadakan perjalanan ke luar negeri, sehingga diperkirakan terjangkit dari warga lain di Korea Selatan. Akibatnya, terdapat kemungkinan virus subvarian tersebut telah menyebar ke masyarakat.
Seorang warga yang tinggal bersama dengan pria tersebut dan tiga orang lain yang pernah melakukan kontak langsung dikategorikan dalam kelompok orang yang melakukan kontak, namun tidak terdeteksi penyebaran lebih lanjut.
Subvarian BA.2.75 ditemukan untuk pertama kali di India pada bulan Mei, dan sejak itu 119 kasus ditemukan di sepuluh negara di dunia, termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkannya sebagai subvarian yang dikhawatirkan dan melakukan pemantauan dengan cermat.
Sementara itu, jumlah rata-rata kasus harian COVID-19 yang dikonfirmasi selama satu pekan mencapai 27 ribu kasus, namun banyak yang berpendapat jumlah sebenarnya lebih banyak.
Hal tersebut disebabkan akurasi alat tes COVID-19 mandiri tidak tinggi dibandingkan tes PCR atau rapid test antingen yang dilakukan oleh tenaga medis, serta kewaspadaan masyarakat terhadap COVID-19 telah menurun.
Para pakar menunjukkan bahwa pemeriksaan yang lebih teliti, surveilans epidemiologi, dan perawatan yang cepat harus ditekankan kembali.