Dalam 5 tahun, jumlah perusahaan unicorn atau perusahaan rintisan yang memiliki nilai valuasi mencapai 1 miliar dolar Amerika di Korea Selatan bertambah hingga 12 perusahaan dari sebelumya 3 perusahaan.
Menurut laporan 'Raksasa yang Muncul di Asia-Pasifik' yang dibuat oleh perusahaan akuntansi dan konsultasi KPMG dan HSBC, jumlah perusahaan unicorn di Korea Selatan bertambah hingga 12 perusahaan pada bulan April, naik dari sebelumnya 3 perusahaan pada 2017.
Laporan itu memuat hasil survei terhadap 6.472 perusahaan rintisan yang bergerak di pasar utama 12 negara Asia-Pasifik, termasuk Korea Selatan, China, India, Jepang, Indonesia, Malaysia.
Perusahaan unicorn Korea Selatan aktif bergerak di bidang industri platform, dan sejumlah perusahaan industri entertaiment semakin bergerak menuju pasar global.
Perusahaan asing juga menaruh perhatian pada potensi perusahaan rintisan Korea Selatan, seperti Soft Bank yang pada tahun lalu melakukan investasi senilai 1,7 miliar dolar Amerika di Yanolja, sebuah platform perjalanan dan rekreasi.
Pada tahun lalu, jumlah perusahaan unicorn di wilayah Asia-Pasifik mencapai 450 perusahaan, meningkat 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Perusahaan rintisan raksasa di wilayah Asia-Pasifik paling banyak terdapat di China, yakni sebanyak 32,8 persen, dan disusul India dengan 30,1 persen, Jepang dengan 12,7 persen, Austalia dengan 8,7 persen, Singapura dengan 3,8 persen, dan Korea Selatan dengan 2,4 persen.
Di antara 100 perusahaan raksasa yang muncul di wilayah Asia-Pasifik, terdapat tiga perusahaan Korea Selatan, yaitu platform perdagangan hasil pertanian dan perikanan 'Tridge' di urutan ke-10, perusahaan rintisan di bidang sistem transportasi swakemudi '42dot' di urutan ke-49, dan perusahaan manufaktur robot khusus industri 'Doosan Robotics' di urutan ke-79.
Pihak KPMG mengatakan bahwa keinginan perusahaan rintisan Korea Selatan yang dipimpin oleh industri hiburan untuk maju ke pasar global akan berdampak besar pada perekonomian Korea Selatan dan perusahaan rintisan di bidang teknologi diprediksi akan tumbuh menjadi kekuatan pendorong besar di luar kawasan Asia-Pasifik dalam beberapa tahun ke depan.