Gubernur Bank Sentral Korea (BOK) Rhee Chang-yong mengatakan dia akan bergabung dengan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Jerome Powell dalam memprioritaskan upaya pada stabilisasi inflasi jika harga barang melonjak di luar kendali.
Rhee membuat pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV di Jackson Hole, Amerika Serikat (AS), pada Minggu (27/08) waktu setempat.
Dia mengungkapkan bahwa ke depannya, kebijakan keuangan harus didasarkan pada data sebagaimana tingginya ketidakpastian eksternal.
Ditambahkannya, namun jika tingkat inflasi terus bertahan di atas 5 persen, maka BOK juga harus memprioritaskan stabilitas harga, sebagaimana Gubernur Powell baru-baru ini menyampaikan niat untuk memerangi kenaikan harga menghadapi kekhawatiran pertumbuhan ekonomi.
Dia lebih lanjut mengatakan bahwa di antara faktor-faktor ketidakpastian lain yang mempengaruhi peningkatan kebijakan suku bunga AS, melemahnya nilai tukar mata uang won lebih lanjut dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi di Korea Selatan.
Rhee memperkirakan tingkat inflasi di Korea Selatan akan melambat ke bawah 3% pada akhir tahun depan, tetapi kebijakan dapat dipertahankan lebih lama dari perkiraan pasar jika inflasi tetap tinggi.
Dia menyebut bahwa beberapa faktor ketidakpastian yang mempengaruhi prospek di masa depan adalah harga minyak dan gas global, kebijakan COVID-19 China, serta perlambatan ekonomi China dan AS.
Terlebih lagi, Rhee menyebut perubahan hubungan dagang antara China dan Korea Selatan, mengatakan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah menjadi pesaing Korea Selatan dengan kemajuan teknologinya.
Dia melanjutkan bahwa masa di mana Korea Selatan mendapat keuntungan dari ekspor ke China akan segera berakhir, sehingga Korea Selatan harus menyesuaikan diri dengan tatanan rantai pasokan global yang baru.