Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, yang kemarin menyampaikan pidato di hadapan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sedang bersiap mengadakan pertemuan puncak dengan rekan-rekannya dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang di New York, AS.
Namun demikian, pihak Jepang masih belum mengumumkan kepastian pelaksanaan konferensi tingkat tinggi (KTT) antara Seoul dan Tokyo, di tengah perbedaan pendapat di antara kedua negara terkait beberapa isu yang masih tertunda, termasuk masalah kompensasi bagi para korban kerja paksa di masa penjajahan Jepang.
Menteri Luar Negeri dari kedua negara sebelumnya telah membahas isu-isu tersebut, namun setelah pertemuan, kedua pihak hanya mengonfirmasi kembali masih adanya perbedaan pandangan. Oleh karena itu, terdapat spekulasi bahwa meksipun kedua pemimpin negara bertemu, namun pertemuan itu hanya akan menjadi pertemuan informal atau hanya akan membahas isu-isu yang ada di permukaan.
Di sisi lain, agenda utama dalam KTT antara Korea Selatan dan AS akan berfokus pada kerja sama di bidang keamanan ekonomi, selain masalah keamanan di Semenanjung Korea.
Kedua pemimpin diperkirakan akan membahas tentang pengecualian subsidi pajak bagi kendaraan listrik buatan Korea Selatan seiring pemberlakuan undang-undang (UU) Pengurangan Inflasi AS.
Dalam pertemuan tersebut, juga terdapat kemungkinan pembahasan kerja sama untuk stabilisasi pasar valuta asing, di tengah terus meningkatnya suku bunga acuan AS dan lonjakan nilai tukar won terhadap dolar AS belakangan ini.
KTT antara Korea Selatan dan AS serta antara Korea Selatan dan Jepang, jika terlaksana, diperkirakan akan berlangsung pada Kamis (22/09) dini hari waktu Korea, dan mencakup pembahasan mengenai isu-isu bilateral yang sensitif.