Presiden Yoon Suk Yeol mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Fumio Kishida pada hari Kamis (06/10) kemarin, dan menyamakan pandangan untuk meningkatkan kerja sama keamanan menghadapi provokasi peluncuran rudal balistik Korea Utara yang dilakukan secara beruntun.
Kedua pemimpin mengkritik peluncuran rudal balistik Korea Utara sebagai provokasi yang signifikan, dan sepakat untuk meningkatkan kerja sama bilteral dalam menghadapi Korea Utara.
Keduanya sepakat untuk menyampaikan pesan kepada Korea Utara bahwa rezim itu 'harus membayar mahal jika terus melakukan provokasi'.
Selain itu, mereka juga menilai positif hubungan kedua negara setelah pertemuan di New York, Amerika Serikat, dan sepakat akan menjalankan komunikasi secara konsisten di masa depan mengenai berbagai isu, termasuk upaya diplomasi.
Perdana Menteri Kishida juga mengonfirmasi pada Kamis (06/10) bahwa dia telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Yoon Suk Yeol dan menegaskan pentingnya kerja sama keamanan antara Korea Selatan, AS, dan Jepang.
Ditambahkan pula, keduanya menyepakati untuk bekerja sama agar Korea Utara mematuhi resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) serta mengupayakan sanksi tambahan DK PBB.
Menurut Kishida, pihaknya berdialog dengan Presiden Yoon untuk memperbaiki hubungan kedua negara menjadi lebih baik melalui komunikasi yang lancar, serta dia telah mendapat dukungan dari Presiden Yoon mengenai penyelesaian masalah penculikan warga Jepang oleh Korea Utara.
Pembicaraan kali ini dilakukan atas permintaan pihak Jepang, sebagaimana saat ini sangat dibutuhkan kerja sama keamanan dengan Korea Selatan.
Pembicaraan ini tampak dilaksanakan akibat peluncuran rudal balistik jarak menengah Korea Utara pada 4 Oktober yang melintasi wilayah udara Jepang.
Kedua pemimpin tidak menyebut masalah sejarah kedua negara dalam pembicaraan kali ini, namun banyak pihak yang memperhatikan apakah hubungan kedua negara akan dapat segera diperbaiki atau tidak melalui komunikasi aktif serupa.