Korea Utara pada Selasa (18/10) malam kembali menembakkan ratusan peluru artileri di zona penyangga laut yang ditetapkan dalam Kesepakatan Militer 19 September yang memuat larangan tindakan bermusuhan di daerah perbatasan antara kedua Korea. 

Bahkan dalam sebuah pernyataan oleh Juru Bicara Staf Umum Tentara Rakyat, pihak Korea Utara menyalahkan Korea Selatan, mengatakan bahwa penembakan tersebut adalah tanggapan terhadap provokasi Korea Selatan. 

Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara telah menembakkan sekitar 100 peluru artileri dari wilayah sekitar Tanjung Jangsan di Provinsi Hwanghae ke Laut Barat pada Selasa (18/1) sekitar pukul 22.00. 

Menurutnya, Korea Utara kemudian membakkan 150 artileri lainnya dari daerah Jangjon di Provinsi Gangwondo ke Laut Timur mulai pukul 21.00 di hari yang sama. 

Penembakan itu terjadi empat hari setelah Korea Utara melanggar Kesepakatan Militer 19 September saat menembakkan 560 peluru artileri di dekat perbatasan dengan Korea Selatan pada 14 Oktober. 

Korea Utara mengklaim bahwa unit garis depan Tentara Rakyat Korea Utara diperintahkan meluncurkan tembakan peringatan sebagai aksi balasan militer keras terhadap latihan menembak yang dilakukan militer Korea Selatan pada Selasa (18/10). 

Pihak Korea Utara menyebut berlanjutnya latihan militer tahunan Korea Selatan sejak Senin (17/10) sebagai latihan musuh untuk menyerang rezim Korea Utara.  

Sementara itu, militer Korea Selatan dilaporkan mengirimkan beberapa pesan peringatan kepada Korea Utara, mengatakan bahwa provokasi tersebut merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan militer kedua negara dan mendesak Pyongyang untuk menghentikan aksi unjuk kekuatan bersenjata yang memicu ketegangan militer di Semenanjung Korea.