Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan mengumumkan bahwa Korea Utara telah meluncurkan tiga rudal balistik pada Kamis (03/11) pagi.
Rudal pertama diluncurkan dari daerah Sunan, Pyongyang, ke Laut Timur sekitar pukul 07.40.
Militer Korea Selatan melaporkan jarak jangkauan rudal balistik tersebut terdeteksi sekitar 760 kilometer dan terbang mencapai ketinggian 1.920 kilometer dengan kecepatan 15 Mach.
Rudal yang diketahui melakukan proses pemisahan saat terbang tersebut diperkirakan merupakan rudal balistik antar-benua (ICBM) yang baru, Hwasong-17.
Kemudian pada pukul 08.39, Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek dari daerah Kaechon, Pyongan Selatan, ke Laut Timur.
Menurut JCS, rudal itu dideteksi terbang sekitar 330 kilometer dan mencapai ketinggian 70 kilometer dengan kecepatan 5 Mach.
Otoritas militer Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) sedang menganalisis rincian peluncuran, seperti lokasi peluncuran, jenis proyektil, dan jarak jangkauannya.
Korea Utara telah meluncurkan 20 rudal, termasuk rudal balistik jarak pendek yang untuk pertama kalinya mendarat di bagian selatan Garis Batas Utara (NLL) antar-Korea, dalam empat kesempatan berbeda pada Rabu (02/11) kemarin.
Militer Korea Selatan mendefinisikan peluncuran rudal tersebut sebagai pelanggaran terhadap Kesepakatan Militer antar-Korea tanggal 19 September.
Untuk menanggapi peluncuran rudal Korea Utara pada Rabu (02/11) kemarin, jet tempur Angkatan Udara Korea Selatan F-15 K da KF1-16 dikerahkan untuk melawan provokasi Korea Utara, dengan penembakan 3 peluru kendali dari udara ke darat jarak jauh di bagian utara garis perbatasan NLL.
Sebagaimana kemungkinan provokasi tambahan Korea Utara tidak dapat diabaikan, maka militer Korea Selatan mempertahankan kesiapan penuh di bawah kerja sama erat dengan AS.