Terdapat peringatan kemungkinan tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil Korea Selatan dapat turun ke level 1 persen pada tahun depan akibat krisis kenaikan suku bunga yang tinggi, inflasi tinggi, dan nilai tukar mata uang won yang semakin lemah, serta semakin suramnya berbagai indikator ekonomi lainnya.
Menurut Yonhap News pada Minggu (06/11), sejumlah institusi swasta dan para ekonom mengangkat kemungkinan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada tahun depan berada di bawah kisaran 2 persen.
Institut Manajemen Keuangan Hana baru-baru ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan akan mencapai 1,8 persen pada tahun depan dan Lembaga Ekonomi Korea memprediksi ekonomi tahun depan tumbuh sebesar 1,9 persen.
Seperti prediksi dari lembaga pemeringkat kredit internasional, Fitch Ratings, yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Korea Selatan sebesar 1,9 persen, lembaga-lembaga internasional lain turut memperkirakan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan untuk tahun depan berada di kisaran awal 2 persen.
Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan Korea Selatan di tahun depan sebesar 2,0 persen, sementara OECD memperkirakan 2,2 persen.
Bank Sentral Korea (BOK) dan Institut Pengembangan Korea (KDI) sebelumnya memperkirakan pertumbuhan tahun depan sebesar 2,3 persen, namun KDI diperkirakan akan merevisi penurunan perumbuhan tersebut dalam beberapa waktu ke depan.
Pemerintah Seoul pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan lebih buruk daripada tahun ini, dan dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan juga akan mengalami penurunan.
Bersama penurunan prediksi pertumbuhan ekonomi, masyarakat Korea Selatan merasakan tekanan inflasi dan perekrutan tenaga kerja, sebagaimana KDI memperkirakan rasio peningkatan jumlah pekerjaan akan anjlok tajam sepersepuluh dari 791.000 orang pada tahun ini, atau sebanyak 84.000 orang, pada tahun depan.
Pemerintah juga memperkirakan pertumbuhan jumlah pekerja sebanyak 600.000 orang pada tahun ini dan 150.000 orang pada tahun depan.