Pemerintah memprediksi tingkat pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada tahun 2023 hanya akan mencapai sebesar 1,6 persen akibat kondisi ekonomi, seperti inflasi tinggi, suku bunga acuan yang tinggi, dan lemahnya nilai tukar mata uang won Korea.
Pemerintah juga memperkirakan inflasi yang melambung hingga ke kisaran 5 persen pada tahun ini, diharapkan akan turun ke kisaran pertengahan 3 persen di tahun depan.
Untuk itu, kenaikan suku bunga di awal tahun baru mendatang tidak dapat dihindari demi mengatasi inflasi, serta dikatakannya bahwa lemahnya nilai tukar mata uang won pun diperkirakan terus berlanjut di tengah perlambatan ekonomi global.
Demikian pula, pemerintah menilai ekspor, yang merupakan landasan ekonomi Korea Selatan, akan suram mengingat kondisi industri-industri utama, termasuk semikonduktor, serta kemerosotan ekonomi global.
Untuk menanggulangi krisis, pemerintah menegaskan perlunya pengelolaan untuk penyesuaian secara bertahap dalam menghadapi perlambatan setelah periode pertumbuhan ekspor yang signifikan, serta manajemen pasar keuangan dan pasar perumahan.
Di pasar perumahan, pemerintah memutuskan menerapkan pelonggaran aturan real estat besar-besaran, termasuk batasan pinjaman rumah, selain juga menyediakan langkah-langkah stabilisasi inflasi, perluasan kesejahteraan bagi kelompok masyarakat yang rentan secara ekonomi, dan lapangan pekerjaan yang stabil.
Kebijakan ekonomi pemerintah memprioritaskan penciptaan landasan pertumbuhan bagi sektor swasta melalui reformasi ketengakerjaan, sistem pendidikan dan pensiun, serta peningkatan pemberian insentif perpajakan bagi masyarakat.
Dalam jangka pendek, pemerintah akan berfokus pada penanganan krisis kompleks yang akan dihadapi tahun depan, sementara dalam jangka menengah dan panjang, pemerintah berfokus pada kebijakan ekonomi yang mengarah pada pengamanan landasan pertumbuhan ekonomi.