Akibat gelombang dingin dan salju tebal, konsumsi listrik pada Kamis (22/12) meningkat drastis dan permintaan listrik tertinggi di waktu penggunaan listtrik paling banyak dalam sehari sempat mencapai 93 Gigawatt.
Rekor tersebut memperbarui rekor pada bulan Juli lalu, dan menjadi yang paling tinggi dalam sejarah konsumsi listrik Korea Selatan.
Akibatnya, perusahaan pengelola listrik negara KEPCO mengalami kerugian akibat selisih 35 won per kilowatt jam antara tarif yang dibayarkan oleh KEPCO ke perusahaan pembangkit listrik dan tarif listrik di pasar.
Karenanya, defisit kumulatif KEPCO pada tahun ini diperkirakan melebihi 30 triliun won.
Kondisi serupa juga dialami oleh Perusahaan Gas Korea (KOGAS). Jumlah pendapatan yang belum dibayarkan oleh perusahaan-perusahaan swasta kepada KOGAS untuk pasokan harga gas murah hampir mencapai 9 triliun won.
Di tengah kondisi demikian, pemerintah memutuskan akan menaikkan tarif listrik dan gas secara frastis pada tahun depan.
Wakil Perdana Menteri Urusan Perekonomian Chu Kyung-ho mengatakan bahwa pihaknya akan menaikkan tarif listrik dan gas secara bertahap untuk membalikkan defisit perusahaan energi publik sampai tahun 2026.
Diperkirakan biaya listrik akan naik sebesar 50 won per kilowatt jam, dan tarif gas akan naik lebih dari 10 won per Megajoule (MJ).
Kenaikkan biaya gas dan listrik pada tahun depan akan dipublikasikan pada pekan depan.