Militer Korea Selatan menyatakan akan memperkuat kemampuan pertempuran secara drastis untuk menanggapi pesawat tak berawak atau drone. 

Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan sebelumnya telah meminta maaf kepada masyarakat Korea Selatan karena gagal menembak jatuh sejumlah drone milik Korea Utara yang sempat melintasi wilayah udara Seoul pada Senin (26/12). 

Kepala Markas Operasi Kepala Staf Gabungan Kang Shin-cheol menyampaikan keputusan tersebut pada Selasa (27/12), menyampaikan bahwa unit drone yang memiliki berbagai kemampuan akan dibentuk lebih cepat dari rencana semula untuk memantau dan mengintai fasilitas-fasilitas militer utama musuh. 

Dikatakannya bahwa pihak militer akan memperkuat kemampuan operasional seperti pengintaian dengan mengamankan aset serangan fisik dan non-fisik, drone siluman, serta lainnya, dan mengoperasikannya secara terintegrasi.

JCS menuturkan bahwa tidak seperti pasukan tempur dronebot yang ada, unit drone yang baru akan mencerminkan tren perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peperangan di tingkat strategis dan operasional yang berbeda dari 'tim tempur drone' yang ada.

Ditambahkan pula bahwa pasukan tempur dronebot, nama yang diambil dari penggabungan kata drone dan robot, akan mengoperasikan drone pengintai, drone bersenjata, drone tempur elektronik, serta robot pengintai dan serbaguna untuk melaksanakan pertempuran di masa depan.

Presiden Yoon Suk Yeol mengatakan dalam rapat Kabinet pada Selasa (26/12) bahwa meskipun pemerintah telah berencana meluncurkan unit drone untuk mengintai fasilits militer utama di Korea Utara, namun peluncuran pasukan tersebut akan dipercepat akibat inside  masuknya drone Korea Utara ke wilayah teritorial Korea Selatan baru-baru ini. 

Presiden Yoon mengungkapkan bahwa drone-drone canggih akan memperkuat kemampuan pengintaian militer Korea Selatan.