Amerika Serikat (AS) menekankan kembali bahwa Seoul dan Washington sedang berupaya bersama untuk melawan ancaman nuklir Korea Utara, namun latihan nuklir gabungan tidak masuk dalam agenda diskusi, sebagaimana Korea Selatan bukan negara pemilik senjata nuklir.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre merilis posisi tersebut dalam sebuah pengarahan pers hari Selasa (03/01) saat ditanya mengenai pernyataan Presiden Joe Biden yang membantah latihan gabungan tersebut saat diminta oleh seroang wartawan untuk menanggapi pernyataan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.
Juru Bicara itu mengatakan bahwa setelah rapat kedua pemimpin negara di Kamboja pada November, Presiden Biden dan Presiden Yoon menginstruksikan tim mereka untuk "merencanakan tanggapan efektif dan terkoordinasi" dalam berbagai skenario, termasuk penggunaan senjata nuklir oleh Korea Utara.
Ditambahkannya bawah masing-masing negara mengerjakan instruksi tersebut, yang tentu dimaksud oleh Presiden Yoon saat membuat pernyataan tersebut.
Dia juga mengonfirmasi kembali komitmen penuh AS untuk negara sekutunya Korea Selatan, dengan menyediakan pencegahan yang diperpanjang melalui kemampuan pertahanan penuh AS.
Pertanyaan mengenai latihan nuklir gabungan diangkat setelah Presiden Yoon mengatakan kepada media lokal bahwa Korea Selatan dan negara sekutunya AS sedang membahas gagasan terkait untuk mendorong kemampuan pencegahan yang diperpanjang. Pernyataan tersebut dibantah oleh Presiden Biden pada Senin (02/01) dengan jawaban singkat "tidak" saat ditanya oleh seorang wartawan mengenai pembahasan latihan nuklir seperti yang disebut Presiden Yoon.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price dalam pengarahan pers hari Selasa (03/01), mengatakan bahwa "disayangkan" Korea Utara terus melakukan provokasi daripada dialog dan diplomasi.
Menyebut provokasi Korea Utara tidak pantas dan tidak bijak untuk kepentingan negaranya sendiri, Price mengatakan bahwa AS siap terlibat dalam dialog konstruktif untuk mencapai denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea, namun Korea Utara terus menolak untuk berdialog.
Dikatakanya bahwa AS akan terus menambah tekanan kecuali Korea Utara mengganti pendekatannya, sembari menggarisbawahi komitmen AS terhadap negara-negara sekutunya di kawasan Indo-Pasifik.