Pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk mempromosikan investasi dan pengembangan teknologi untuk produksi baja karbon rendah bersama perusahaan terkait, seiring pengetatan peraturan karbon global.
Kementerian Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya dalam diskusi pengembangan industri baja pada Kamis (16/02) mengumumkan strategi pengembangan industri baja untuk transisi ke produksi baja karbon rendah.
Pemerintah memandang pengetatan peraturan karbon, seperti Mekanisme Penyesuaian Batas Karbon (CBAM) Uni Eropa, dapat mempengaruhi daya saing ekspor Korea Selatan.
Pemerintah membuat strategi pengurangan karbon dalam semua proses mulai dari bahan mentah, pengolahan, hasil produksi, hingga ekspor.
Menyadari besi scrap adalah sumber daya yang beredar saat ini, pemerintah akan meningkatkan standar kualitas dan mengembangkan teknologi terkait, sebagaimana diperkirakan permintaan untuk besi scrap yang merupakan bahan baku penting untuk tungku listrik akan meningkat di tengah kenaikan permintaan tungku listrik karena upaya pencapaian netralitas karbon.
Pemerintah juga memutuskan untuk mengganti 11 tanur sembur pada tahun 2050 dengan 14 'reaktor reduksi aliran hidrogen' yang menggunakan hidrogen sebagai pengganti batu bara. Untuk pengembangan teknologi tersebut, dana senilai 240 miliar won dikucurkan.
Seiring penerapan CBAM, pemerintah Korea Selatan akan mendukung perusahaan-perusahaan dalam menyusun strategi ekspor dan terus berkonsultasi dengan Uni Eropa.
Untuk itu, pemerintah menandatangani perjanjian bisnis dengan sejumlah perusahaan besar, seperti POSCO dan Hyundai Steel, sepakat untuk menyediakan dana senilai 150 miliar won.