Sebuah hasil survei terbaru menunjukkan kalangan perempuan berusia antara 20 hingga 30-an tahun mengalami perubahan pandangan terhadap pernikahan dan melahirkan.
Berdasarkan Penelitian Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan terhadap 281 pria dan wanita yang belum menikah antara usia 20 dan 34 tahun, hanya 4 persen responden wanita yang setuju bahwa pernikahan dan melahirkan adalah hal yang "sangat penting" dalam kehidupan seorang wanita, sementara sebanyak 12,9 persen responden pria menayatakan setuju bahwa kedua hal tersebut "sangat penting".
Sebesar 61,3 persen responden laki-laki menjawab pernikahan dan melahirkan penting dalam kehidupan seorang wanita, hampir 20 persen lebih tinggi dibandingkan jawaban responden wanita yang mencapai sebesar 42,9 persen.
Sementara itu, sejumlah 53,2 persen perempuan mengatakan bahwa pernikahan dan melahirkan tidak penting dalam kehidupan mereka. Angka tersebut dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pria yang mencatatkan sebanyak 25,8 persen.
Survei menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas hidup subyektif, seperti tingkat pendidikan, status pekerjaan, kondisi kesehatan, dan kebahagiaan, maka semakin tinggi tingkat pernikahan dan melahirkan.
Selain itu, semakin tinggi kepercayaan sosial dan persepsi positif tentang peluang dan kesetaraan, maka semakin tinggi pula tanggapan akan pentingnya pernikahan dan melahirkan.
Profesor Park Jeong-min, salah seorang tim yang melakukan survei, mengimbau perlunya upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sembari meningkatkan inklusi sosial dan kohesivitas kelompok untuk mengatasi penurunan pernikahan dan kelahiran.