Pemerintah Korea Selatan mendesak pihak-pihak terkait untuk segera menghentikan kekerasan di Sudan pasca bentrok senjata api antara militer pemerintah dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF).
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyatakan pada hari Senin (17/04), bahwa pihaknya menaruh keprihatinan yang mendalam atas timbulnya korban meninggal dan terluka akibat bentrokan bersenjata antara militer pemerintah dan RSF di Sudan yang berlangsung sejak tanggal 15 April lalu.
Ditambahkan pula, pemerintah Korea Selatan akan melakukan kerja sama erat dengan dunia internasional agar pihak-pihak terkait kembali ke proses politik untuk membentuk pemerintah transisi yang dikuasai oleh swasta.
Militer pemerintah yang dipimpin oleh pemimpin militer Sudan, Panglima Angkatan Bersenjata Sudan Jendral Abdel-Fattah Burhan dan RSF yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Daglo berkonflik mengenai penerimaan RSF oleh militer pemerintah, dan mulai bertentangan sejak tanggal 15 April lalu.
Menurut sumber berita luar negeri, jumlah korban sipil hampir mencapai 1 juta orang, dan jumlah korban meninggal atau terluka bisa bertambah.