Konflik bersenjata di Sudan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir sehubungan dengan aksi kekerasan di negara itu yang semakin meningkat, pasca gencatan senjata pada momen Idul Fitri yang terus berlanjut.
Dilaporkan terdapat kerusakan pada infrastruktur vital, seperti tidak adanya pasokan air dan listrik hampir selama 10 hari.
Sejumlah negara telah turut serta mengevakuasi diplomat dan warga negaranya dari Sudan seiring dengan memuncaknya peperangan antara dua faksi militer yang berseteru di Sudan.
Warga negara Korea Selatan yang menetap di Sudan pun diketahui telah berkumpul dengan aman di gedung Kedutaan Besar Korea Selatan.
Kementerian Luar Negeri di Seoul tidak menjelaskan lebih rinci untuk melindungi warga sipil dengan aman. Namun pesawat militer dengan mengerahkan sekitar 50 personel tentara telah tiba di Djibouti, dan Unit Cheonghae dari Angkatan Laut Korea Selatan pun yang melibatkan kapal perusak berbotot 4.400 ton sudah dikirim ke perairan dekat Sudan.
Unit Cheonghae akan membawa warga negara Korea Selatan melalui jalur laut, jika evakuasi dengan jalur penerbangan dari Sudan tidak dapat dilakukan. Karena Bandara Khartoum telah berulang kali menjadi sasaran penembakan dan sudah tertutup.
Sebelumnya, presiden Yoon Suk Yeol telah memerintahkan pengiriman Unit Cheonghae ke perairan dekat Sudan setelah menerima laporan mengenai memuncaknya konflik di Sudan pada hari Sabtu (22/04).