Pemerintah Korea Selatan dengan cermat akan menanggapi ekspansi selisih suku bunga di dalam dan luar negeri akibat kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).
Bank Sentral Korea (BOK) menganalisis siklus kenaikan suku bunga AS yang prosesnya hampir selesai.
Federal Reserve AS telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,25% poin lagi, sehingga selisih antara suku bunga acuan Korea Selatan dan AS telah melebar sebesar 1,75%.
Pemerintah dan otoritas keuangan Korea Selatan memeriksa dampaknya terhadap pasar keuangan baik di dalam dan luar negeri pada hari Kamis (04/05), dan mengatakan perlu untuk menanggapinya dengan kewaspadaan khusus.
Dikatakan, kekhawatiran akan inflasi masih berlanjut dan tidak boleh untuk diabaikan termasuk potensi kecemasan pasar keuangan global dan fakta peningkatan ketidakpastian ekonomi akibat kasus bank-bank kecil dan menengah di AS.
Diungkapkan juga kekhawatiran akan perluasan volatilitas dapat berakibat pada gangguan dan kecondongan pasar bersama. Kemungkinan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan dan valuta asing juga berpotensi di tengah ekspansi selisih suku bunga di dalam dan luar negeri.
Mereka menilai ungkapan The Fed yang mengisyaratkan berhentinya kenaikan suku bunga dengan syarat akan menjadi unsur positif bagi pasar keuangan dan valuta asing Korea Selatan.
BOK menganalisis bahwa ungkapan The Fed dalam konferensi pers tentang kemungkinan suku bunga acuannya telah mencapai tingkat yang cukup membatasi, dapat ditafsirkan secara agar moderat dan bunga obligasi pemerintah AS serta dolar AS melemah.
Terkait dengan itu, Wakil Gubernur BOK Lee Seung-heon menilai siklus kenaikan suku bunga acuan The Fed telah berada di tahap akhir dan perlu memerhatikan sebutan Jerome Powell untuk menolak kemungkinan kenaikan suku bunga pada tahun ini. Dimana suku bunga akan ditetapkan sesuai indikator ekonomi ke depan.