Sebuah data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 15.000 orang di Korea Selatan yang ingin menemui anggota keluarga mereka dari Korea Utara, telah meninggal dunia di tengah tertundanya program reuni tersebut selama hampir lima tahun terakhir.

Melihat data yang dirilis oleh Kementerian Unifikasi Korea kepada parlemen per akhir bulan Mei, jumlah kumulatif yang mengikuti program reuni tersebut sejak tahun 2000 lalu mencapai 133.680 orang dan 69,2% diantaranya yakni sebanyak 92.534 orang telah meninggal dunia. 

Sebagaimana anggota keluarga yang terpisah antara kedua Korea tersebut semakin menua, sebanyak 1.483 orang di Korea Selatan telah meninggal dunia hanya selama kurun waktu lima bulan terakhir sejak bulan Januari tahun 2023. 

Diketahui sebagian besar anggota keluarga yang mengajukan reuni tersebut adalah warga lanjut usia, sehingga membuat jumlah keluarga terpisah yang masih hidup diperkirakan akan menurun dengan cepat di masa depan. 

Per akhir bulan lalu, diantara jumlah orang yang mendaftar program reuni yang masih hidup, tercatat 31,3% berusia 90 tahun ke atas, dan 67% berusia 80 tahun ke atas. 

Program pertemuan reuni anggota keluarga terpisah sempat digelar sebanyak 21 kali hingga tahun 2018, sejak dimulai pada tahun 2000 lalu berdasarkan kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan puncak antar-Korea pada waktu itu.

Namun setelah pertemuan puncak antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara di Hanoi pada Februari 2019 yang gagal mencapai kesepakatan, kemudian ajang reuni keluarga antar-Korea tidak lagi dilanjutkan selama hampir lima tahun. 

Parlemen Korea Selatan menyadari perlu untuk kembali menyarankan kepada pihak Korea Utara dalam mengonfirmasikan data-data tentang anggota keluarga terpisah di negara itu secara menyeluruh.