Otoritas pencegahan penyakit Korea Selatan meminta masyarakat untuk waspada karena jumlah pasien malaria meningkat tajam di Korea Selatan.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menyatakan bahwa sebanyak 173 orang pasien malaria terkonfirmasi di Korea Selatan hingga 10 Juni tahun ini. Angka tersebut lebih banyak 53 orang atau 3,3 kali lipat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Secara rinci, 137 kasus terjadi di dalam negeri, meningkat tiga kali lipat dari tahun lalu, sementara penularan dari luar negeri meningkat 5,1 kali lipat.
Malaria adalah penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk melalui gigitan yang terinfeksi Plasmodium, dan terdapat sekitar 400 pasien setiap tahunnya.
Peningkatan jumlah pasien pada tahun ini diperkirakan karena meningkatnya aktivitas nyamuk pada cuaca musim semi yang lebih hangat dari tahun-tahun biasa, serta peningkatan aktivitas luar ruangan dan perjalanan ke luar negeri masyarakat karena pelonggaran perbatasan setelah pandemi COVID-19.
Daerah yang diduga terjangkit malaria antara lain Kota Paju dan Gimpo, Kabupaten Yeoncheon, Ganghwa dan Cheorwon.
KDCA menilai kasus di mana dua atau lebih pasien terdapat di area berisiko dalam kurun waktu 30 hari dan jarak antartempat tinggal kurang dari 1 kilometer sebagai 'kasus perkiraan cluster' dan menanganinya secara intensif.
Hingga saat ini terdapat 9 kasus di Provinsi Gyeonggi dan 1 kasus di Seoul.
Sebelumnya Pemerintah Provinsi Gyeonggi sempat mengeluarkan peringatan waspada malaria di Kota Paju dan Gimpo dimana terdapat 'kasus perkiraan cluster' pada 1 Juni.
Untuk mencegah penyakit malaria, masyarakat diimbau untuk menghindari gigitan nyamuk.