Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengakhiri perjalanannya di Korea Selatan pada hari Minggu, 9 Juli.
Berbeda dengan kegiatannya di Jepang yang terlihat aktif, kegiatan Direktur Grossi di Korea Selatan terbatas, mengingat pandangan sensitif publik.
Ketibaan Grossi di sebuah bandara di Seoul disambut oleh protes warga yang menentang keputusan IAEA menyetujui rencana Jepang membuang air limbah nuklir olahan PLTN Fukushima ke laut.
Grossi mengikuti jadwal resminya melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin, Ketua Komisi Keamanan dan Keselamatan Nuklir Yoo Guk-hee dan para parlemen partai oposisi utama, Partai Demokrat Korea.
Usai pertemuan dengan Menteri Park, melalui media sosial pribadinya, Grossi mengimbau pentingnya untuk melanjutkan pengawasan lebih lanjut setelah pembuangan air terkontaminasi radioaktif untuk menenangkan opini publik yang menentang rencana Tokyo.
Grossi menekankan bahwa para pakar ilmiah terkenal dari 11 negara, termasuk Korea Selatan telah berparisipasi dalam menyimpulkan kajian IAEA mengenai pembuangan air limbah dari PLTN Fukushima ke laut.
Dengan dirilisnya laporan IAEA tersebut, pembuangan air limbah tersebut dispekulasi akan dimulai paling cepat bulan Agustus mendatang.
Pemerintah Korea Selatan meminta kepada Jepang dan IAEA untuk melibatkan Seoul dalam pembahasan tahap akhir rencana Jepang membuang air limbah tersebut dan dalam proses pemeriksaan tindak lanjut.