Kementerian Pendidikan Korea Selatan mengumumkan rancangan pedoman untuk mengukuhkan wewenang sekolah setelah seorang guru di sekolah dasar di wilayah Seocho, Seoul bunuh diri pada bulan lalu.  

Di jenjang sekolah dasar hingga menengah, jika ponsel digunakan selama pembelajaran yang bukan untuk tujuan pendidikan, maka guru diperbolehkan untuk memberikan peringatan kepada siswa bersangkutan.

Jika tidak menuruti peringatan guru secara berulang, maka guru dapat menyita dan menyimpan ponsel siswa tersebut.

Untuk memastikan hak mengajar guru dan hak belajar siswa, pedoman tersebut juga mencakup isi yang memungkinkan tindakan fisik terhadap siswa yang mengganggu pembelajaran dan siswa lain, hingga memisahkannya di ruang kelas.

Namun, guru harus melaporkannya kepada kepala sekolah setelah bertindak, dan kepala sekolah pun melaporkannya kepada orang tua siswa.  

Mengenai beratnya tugas guru akibat permintaan konseling berulang dari orang tua siswa, pedoman menyatakan waktu dan metode konseling harus dibicarakan sebelumnya.

Guru dapat menolak permintaan konseling itu jika dianggap di luar jam kerja dan cakupan tugasnya.

Selain itu, guru juga dapat merekomendasikan pemeriksaan, konseling, atau pengobatan bagi siswa yang perlu ditangani oleh ahli.

Rancangan pedoman terkait untuk jenjang TK memungkinkan tindakan seperti penangguhan kehadiran dan pengeluaran siswa bersangkutan sesuai dengan aturan apabila terjadi pelanggaran wewenang guru oleh orang tua siswa.

Rancangan pedoman tentang pembinaan kehidupan siswa ini pertama kali dibuat di Korea Selatan.

Kementerian Pendidikan akan memberlakukan pedoman tersebut paling cepat pada 1 September mendatang.