Presiden Yoon Suk Yeol mengadakan serangkaian pertemuan bilateral dengan para pemimpin negara anggota ASEAN pada hari Kamis (07/09) untuk membahas kerja sama ekonomi dan menggalang dukungan dalam pencalonan Korea Selatan sebagai tuan rumah World Expo 2030 di Kota Busan.
Presiden Yoon duduk bersama untuk melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet di sela-sela KTT ASEAN di Jakarta, Indonesia.
Kedua pemimpin sepakat untuk lebih meningkatkan perdagangan bilateral, yang mencapai rekor tertinggi sebesar 1,05 miliar dolar AS tahun lalu.
Yoon menekankan bahwa peluncuran rudal Korea Utara baru-baru ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB, dan meminta perhatian serta dukungan Perdana Menteri Kamboja terhadap tanggapan tegas masyarakat internasional atas pengembangan dan provokasi nuklir dan rudal Korea Utara.
Dia juga turut meminta dukungan Kamboja dalam pencalonan Korea Selatan untuk menjadi tuan rumah World Expo 2030 di kota tenggara Busan. Selanjutnya dalam pertemuan puncak dengan Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone, Yoon juga meminta dukungan Laos untuk hal serupa.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Presiden Yoon mengungkapkan niatnya untuk memperluas kerja sama di bidang teknologi digital dan teknologi hijau. Ia juga meminta dukungan Lee untuk perusahaan Korea Selatan yang ingin melakukan ekspansi di Singapura, terutama di bidang infrastruktur, keuangan dan kendaraan listrik.
Menanggapi hal tersebut, Lee mengusulkan pengembangan hubungan bilateral yang berkelanjutan melalui investasi bersama.
Sementara itu, Korea Selatan dan Filipina menandatangani perjanjian perdagangan bebas (FTA) dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh para pemimpin kedua negara.
Presiden Yoon Suk Yeol dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. memimpin upacara penandatanganan pada hari Kamis di Jakarta, Indonesia, yang berlangsung di sela-sela pertemuan tahunan ASEAN.
Kantor Kepresidenan Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Selatan akan melihat peningkatan perdagangannya di kawasan ASEAN berkat FTA, dengan mencatat bahwa Filipina adalah negara dengan populasi 110 juta jiwa dan kaya akan sumber daya mineral utama, seperti nikel dan kobalt.
Dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Sekretaris Presiden Senior untuk Urusan Ekonomi, Choi Sang-mok, mengatakan bahwa pakta perdagangan ini menandai FTA bilateral kelima yang ditandatangani Korea Selatan dengan anggota ASEAN, setelah perjanjian dengan Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Indonesia. Dia menunjukkan bahwa kelima negara tersebut secara kolektif menyumbang 91% dari pasar ASEAN.
Kantor berita tersebut mengatakan bahwa dengan FTA bilateral, dikombinasikan dengan FTA Korea Selatan-ASEAN yang sudah ada dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional, Korea Selatan akan menghapus tarif 94,8% dari impornya yang berasal dari Filipina, sementara negara Asia Tenggara tersebut akan menghapus tarif 96,5% dari semua impor yang berasal dari Korea Selatan.
Di bawah kesepakatan perdagangan, tarif 5% untuk mobil-mobil Korea Selatan akan dihapuskan segera setelah FTA berlaku, sementara tarif hingga 30% untuk suku cadang mobil akan dihapuskan dalam waktu lima tahun. Kantor berita tersebut mengatakan bahwa tarif untuk kendaraan listrik dan hibrida juga akan dihapuskan dalam waktu lima tahun.