Presiden Yoon Suk Yeol mengadakan pertemuan darurat untuk meninjau kondisi perekonomian dan keamanan negara, sehari setelah menyebut adanya kemungkinan peningkatan konflik senjata antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas.
Para peserta rapat mengecam keras pembunuhan warga sipil yang dilakukan oleh Hamas sebagai 'tindakan teroris', dan mengumumkan bahwa akan bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menanggapi hal itu.
Presiden Yoon mengatakan bahwa, ribuan korban jiwa yang timbul dari konflik senjata tersebut, membuat kemungkinan situasi semakin memburuk karena posisi dan kepentingan beberapa negara.
Dalam rapat itu turut dibahas mengenai upaya untuk memantau pasar keuangan dan perubahan harga barang secara real-time, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian di dalam dan luar negeri.
Presiden Yoon telah menginstruksikan manajemen risiko preventif karena roda ekonomi Korea Selatan cukup besar bergantung pada luar negeri.
Presiden Yoon menegaskan, jika melewatkan waktu tepat untuk mencegah dan mengontrol risiko maka dampaknya adalah rakyat akan menderita.
Di sektor keamanan, Presiden Yoon meminta untuk memeriksa upaya evakuasi warga Korea Selatan dan mempersiapkan langkah-langkah keselamatan bagi penduduk dan pengunjung warga negara Korea Selatan di Israel.
Sementara itu, belajar dari serangan Israel oleh Hamas, sebagian pihak menyerukan penangguhan kesepakatan militer 19 September antar-Korea untuk mengawasi militer Korea Utara.
Namun Kantor Kepresidenan merespons kini bukan saatnya untuk membahas hal tersebut.