Para pekerja yang tergabung dalam serikat buruh untuk operator kereta subway Seoul Metro yang dikelola oleh pemerintah kota, akan melakukan aksi mogok kerja gelombang kedua mulai tanggal 22 November mendatang.

Setelah melakukan aksi mogok kerja pertama selama dua hari pada pekan lalu yang menyerukan agar manajemen membatalkan rencana pengurangan karyawan, para pekerja yang tergabung dalam payung Konfederasi Serikat Buruh Korea (KCTU) mengumumkan pada hari Rabu (15/11) bahwa mereka akan melanjutkan aksi mogok kerja bersama yang akan datang tanpa batas waktu.

Dalam konferensi pers, Ketua KCTU Myung Soon-pil mengkritik pemerintah kota dan operator kereta subway karena melanggar undang-undang terkait dan kesepakatan bersama sebelumnya untuk mengisi kekosongan pekerjaan yang disebabkan oleh pensiun.

Kereta Seoul Metro berencana untuk memberhentikan 2.212 pekerja, atau sekitar 13,5% dari seluruh pekerja, pada tahun 2026 untuk memperbaiki keuangan mereka di tengah defisit yang besar.

Selama proses negosiasi terakhir yang berlangsung pada 8 November lalu, manajemen telah mengusulkan untuk mempekerjakan 660 pekerja baru pada paruh kedua tahun ini, naik dari 388 pekerja yang direncanakan sebelumnya.

Namun, serikat pekerja menuntut 868 pekerja tambahan untuk menjamin adanya dua orang yang bertugas di lapangan, pekerja konsinyasi, dan pengganti pekerja yang pensiun.

Serikat pekerja masih membuka pintu untuk negosiasi, namun manajemen mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis pekan lalu yang meningkatkan tekanan pada serikat pekerja.

Sementara itu, buruh Seoul Metro yang berafiliasi dengan dua serikat pekerja lainnya, termasuk yang berada di bawah payung Federasi Serikat Pekerja Korea (FKTU), diperkirakan tidak akan mengambil bagian dalam aksi kolektif mendatang.