Pemerintah Korea Selatan menilai negaranya menunjukkan pertanda pemulihan ekonomi setelah terlepas dari stagnasi yang berlangsung lama di tahun ini, berkat pemulihan produksi di bidang industri manufaktur, pemulihan ekspor, dan perbaikan kondisi perekrutan tenaga kerja, dll.
Kementerian Strategi dan Keuangan Korea Selatan menyatakan dalam buku hijau kondisi ekonomi edisi November bahwa kondisi ekonomi Korea Selatan semakin pulih walaupun masih ada ketidakstabilan terkait pasokan.
Untuk pertama kalinya sejak bulan Februari, pemerintah Korea Selatan menggunakan istilah "pemulihan ekonomi." Sebelumnya, pemerintah menggunakan istilah "keberlangsungan stagnasi ekonomi" atau "pelonggaran stagnasi ekonomi."
Produksi manufaktur meningkat 1,9% pada bulan September dibandingkan bulan sebelumnya, khususnya produksi semikonduktor, yang mengalami kenaikan drastis sebesar 12,9 % dibandingkan bulan sebelumnya 23,7% di bulan yang sama tahun lalu.
Ekspor bulan Oktober naik 5,1% dari tahun sebelumnya, mencapai 55,08 miliar Dolar AS. Neraca perdagangan mencapai surplus senilai 1,63 miliar Dolar AS dan neraca transaksi berjalan bulan September juga mencapai surplus 5,42 miliar dolar AS. Neraca transaksi berjalan bulan Oktober juga diprediksi akan tetap mencapai surplus.
Produksi di bidang jasa, jumlah tenaga kerja, penggunaan kartu kredit, serta jumlah wisatawan China juga mengalami kenaikan, namun indeks sentimen konsumen bulan Oktober menurun dibandingkan bulan sebelumnya.
Rasio kenaikan harga konsumen naik 3,8% dibandingkan satu tahun sebelumnya dengan mencapai selisih kenaikan tertinggi dalam 7 bulan. Suhu rendah yang abnormal serta kenaikan harga minyak internasional disinyalir sebagai penyebab kenaikan harga tersebut. Perang di Ukraina dan Timur Tengah juga masih memiliki pengaruh besar.
Pemerintah menyatakan bahwa pihaknya akan fokus pada kestabilan kehidupan masyarakat, termasuk harga konsumen, mengaktifkan investasi domestik dan ekspor, serta menangani risiko domestik maupun global.