Utusan nuklir tertinggi Korea Selatan dan Jepang mengutuk keras peluncuran satelit mata-mata militer Korea Utara baru-baru ini.
Menurut Kementerian Luar Negeri, Kim Gunn, perwakilan khusus untuk urusan perdamaian dan keamanan Semenanjung Korea, dan mitranya dari Jepang, Hiroyuki Namazu, mengadakan pertemuan di Seoul pada hari Selasa (05/12).
Kedua belah pihak mengutuk Pyongyang karena membatalkan perjanjian militer antarKorea tahun 2018 dan menyebut akan melakukan lebih banyak peluncuran satelit, sehingga merusak perdamaian dan stabilitas di wilayah Semenanjung Korea serta masyarakat internasional.
Menurut kementerian tersebut, para utusan nuklir itu menyesalkan kegagalan Korea Utara untuk menyadari bahwa meningkatkan belanja militer tanpa ditopang kekuatan ekonomi tidak akan berkelanjutan, dan justru hanya akan menyebabkan kehancuran ekonomi serta penderitaan rakyatnya.
Para utusan tersebut kemudian mendesak rezim itu untuk segera meninggalkan ilusi bahwa kekuatan nuklir yang diperkuat akan menghasilkan pencapaian dan kembali ke jalur denuklirisasi.
Kedua belah pihak juga menilai bahwa Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang telah bekerja sama dengan erat dan mendorong tanggapan terpadu masyarakat internasional terhadap Korea Utara.
Mereka sepakat untuk melanjutkan upaya dalam memastikan penegakan sanksi Dewan Keamanan PBB secara menyeluruh terhadap Korea Utara, sambil memantau dengan cermat kerja sama militer rezim itu dengan Rusia.